وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ
Setelah membaca dan mencermati ulasan tajwid di atas, tulislah seluruh hukum bacaan tajwid dalam Q.S. al-Maidah/5:48 beserta alasanya!
1. Salinlah Q.S. al-Maidah/5:48 beserta terjemahnya!
2. Untuk menerjemahkan ayat tersebut, gunakanlah Al-Qur’an
terjemahan Kementerian Agama RI!
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. al-Maidah/5: 48. Surat al-Maidah termasuk golongan surat Madaniyah, yakni surat yang turun setelah hijrahnya Nabi. Menurut riwayat Imam Ahmad, surat ini turun saat Nabi Saw. sedang menunggang unta. Bagian paha unta tersebut hampir saja patah karena sangat beratnya wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa surat al-Maidah/5: 48 ini turun berkenaan dengan peristiwa ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah Saw. atas persoalan yang sedang mereka hadapi. Pada awalnya, Nabi Saw. diberi dua pilihan, yakni memutuskan persoalan mereka atau mencari solusi di dalam kitab mereka masing-masing. Namun, Allah Swt. menurunkan ayat ini sebagai petunjuk bagi Nabi Saw. atas pertanyaan ahli kitab tersebut.
1. Bersama kelompok, cari dan salinlah tafsir Q.S. al-Maidah/5: 48 dalam kitab tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama dan kitab tafsir lainnya!
2. Bandingkan dan lakukan analisa terhadap isi tafsir dalam kitab tersebut!
Menurut tafsir al-Misbah, Q.S. al-Maidah/5: 48 mengandung pesan-pesan mulia sebagai berikut:
“Umat Islam diperintahkan untuk berlomba-lomba dengan sungguh sungguh dalam berbuat kebaikan dan menghindari perdebatan yang tidak perlu hingga menghabiskan waktu sia-sia”.
Perintah untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) juga terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya terdapat dalam Q.S. al-Baqarah/2: 148 berikut ini:
وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
Artinya: “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah/2: 148)
Ayat tersebut secara tegas memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebaikan yang dilakukan oleh seorang mukmin akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Berlomba dalam kebaikan merupakan suatu ajakan kepada orang lain dengan dimulai dari diri sendiri untuk selalu menempuh jalan yang diridai oleh Allah Swt. Mengapa seorang mukmin harus bersegera dalam berlomba-lomba dalam kebaikan?. Karena kesempatan waktu hidup di dunia hanya sementara dan terbatas oleh ruang dan waktu. Tidak ada yang tahu kapan seseorang akan dipanggil menghadap Allah Swt. Di samping itu, tidak ada yang tahu perubahan yang akan dialami oleh seseorang. Bisa jadi malam ia beriman, esoknya sudah tidak memiliki iman. Atau malam ia masih salat berjamaah di masjid, pagi terjerumus dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, Islam menganjurkan umatnya untuk bersegera dalam berbuat kebaikan. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini:
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita di mana ada seseorang yang pada waktu pagi ia beriman, tetapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela menukar agamanya (dengan sedikit keuntungan dunia)”. (H.R. Muslim)
Bacalah Q.S. al-Maidah/5:48 secara tartil dan berulang-ulang hingga kalian hafal ayat tersebut. Mintalah bantuan teman untuk menyimak bacaan dan hafalanmu!
Kalian pasti ingin mengamalkan pesan mulia yang terkandung dalam Q.S. al-Maidah/5: 48. Agar dapat berkompetisi dalam kebaikan, lakukanlah “M6” berikut ini, yaitu:
Untuk memahami “M6” di atas, perhatikan penjelasannya berikut ini.
Setelah kalian melakukan “M6” di atas, tentu banyak manfaat yang diperoleh dari perilaku kompetisi dalam kebaikan. Di antara manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh rida dan pahala dari Allah Swt.
Allah Swt. akan memberikan pahala kepada kalian jika melakukan pekerjaan dengan ikhlas. Kesuksesan tertinggi bukanlah sukses duniawi, tetapi kesuksesan tertinggi adalah rida dari Allah Swt.
2. Menjadi manusia yang bermanfaat
Manusia terbaik adalah manusia yang mampu menebar manfaat dan kemaslahatan sebesar-besarnya kepada masyarakat. Nilai sebuah kebaikan akan berlipat ganda jika mampu memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat luas.
3. Mempercepat penyelesaian pekerjaan
Keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan ini didasari oleh motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya. Jika menunda suatu pekerjaan, maka pekerjaan yang lain ikut terbengkalai. Di samping itu, ada kompetitor yang memicu peningkatan kinerja.
4. Termotivasi untuk menjadi lebih baik
Saat kalian berkompetisi dengan pihak lain, akan tumbuh keinginan untuk menjadi yang paling unggul. Tentunya hal ini membutuhkan persiapan yang matang. Meskipun hasil akhirnya belum tentu sebagai pemenang, tetapi sudah berhasil menunjukkan kemampuan terbaik yang dimiliki merupakan prestasi tersendiri yang patut diapresiasi.
5. Menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggungjawab
Keinginan untuk menjadi yang terbaik harus diikuti dengan sikap disiplin dan tanggungjawab. Keduanya merupakan modal utama meraih kesuksesan dalam sebuah kompetisi.
6. Mempererat hubungan antar sesama
Pesaing bukan musuh yang harus dikalahkan tetapi merupakan rekan kerja dalam berkompetisi secara sehat. Pekerjaan yang dilakukan secara bersama sama akan mempererat tali persaudaraan di antara sesama. Peran serta dan keterlibatan masing-masing individu dalam satu kelompok akan semakin memperkuat jalinan hubungan kekeluargaan.
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Setelah membaca dan mencermati ulasan tajwid di atas, tulislah seluruh hukum bacaan tajwid dalam Q.S. at-Taubah/9: 105 beserta alasannya!
1. Setelah membaca dan mencermati arti per kata di atas, terjemahkan Q.S. at-Taubah/9: 105 dengan cara berpasangan dengan anggota kelompok!
2. Untuk menerjemahkan ayat tersebut, gunakanlah Al-Qur’an terjemah Kementerian Agama RI!
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)
Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. at-Taubah/9: 105 ini. Perlu diketahui bahwa ayat 105 terkait dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 102-104. Pada ayat 102-104, Allah Swt. menganjurkan bertaubat dan melakukan kegiatan nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah. Pada ayat 105, Allah Swt. memerintahkan untuk melakukan beragam aktivitas lain, baik yang nyata maupun tersembunyi. Menurut kitab Lubabun Nuqul f ii Asbaabin Nuzul Seusai berperang, Rasulullah Saw. bertanya: “siapakah orang-orang yang terikat di tiang ini?”, ada seseorang menjawab: “mereka adalah Abu Lubabah dan teman-temannya yang tidak ikut berperang. Mereka bersumpah tidak akan melepaskan ikatan tersebut, kecuali Rasulullah sendiri yang melepaskannya”. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “aku tidak akan melepaskan mereka kecuali jika diperintahkan oleh Allah Swt.” Karenanya Allah Swt. menurunkan Q.S. at-Taubah/9: 102, kemudian Rasulullah Saw. melepaskan dan memaafkan mereka.
Menurut tafsir al-Misbah, ayat ini mendorong manusia untuk lebih mawas diri dan mengawasi amal atau pekerjaan mereka. Allah Swt. mengingatkan mereka bahwa setiap amal baik atau buruk memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan. Amal tersebut akan disaksikan oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan orang-orang beriman. Pada hari kiamat, Allah Swt. akan membuka tabir penutup yang menutupi mata mereka sehingga mengetahui dan melihat secara langsung hakikat amal mereka sendiri. Selanjutnya simaklah pesan-pesan mulia yang terkandung dalam Q.S at Taubah/9: 105 berikut ini.
‘Kerja’ dalam bahasa Arab disebut dengan ’amala – ya’malu dan yang seakar dengan kata tersebut. Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang berarti ‘bekerja’ diulang sebanyak 412 kali dan seringkali dihubungkan dengan pekerjaan yang saleh atau amal saleh. Amal saleh yaitu pekerjaan yang membawa kebaikan, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Kebaikan tersebut dapat berupa perbaikan ekonomi, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, sosial, spiritual dan sebagainya. Kebaikan tersebut meliputi kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Penyebutan kata ‘bekerja’ yang sedemikian banyak di dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa masalah ‘kerja’ sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja keras atau memiliki etos kerja tinggi. Rasulullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut:
Artinya: “Dari Abu Abdullah az-Zubair bin al-‘Awwam r.a., berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Sungguh sekiranya salah seorang di antara kamu sekalian mengambil beberapa utas tali kemudian pergi ke gunung dan kembali dengan memikul seikat kayu bakar dan menjualnya di mana dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya, maka itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada sesama manusia baik mereka memberi ataupun tidak memberinya”. (H.R. Bukhari)
Hadis di atas secara tegas menyatakan bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lebih dicintai Allah dan rasul-Nya dibanding berpangku tangan menunggu bantuan orang lain. Allah SwtHadis di atas secara tegas menyatakan bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari lebih dicintai Allah dan rasul-Nya dibanding berpangku tangan menunggu bantuan orang lain. Allah Swt. telah memberikan wewenang kepada manusia untuk mengolah sumber daya alam di bumi. Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 berikut ini.. telah memberikan wewenang kepada manusia untuk mengolah sumber daya alam di bumi. Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 berikut ini.
فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَٱبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِ ٱللَّهِ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Artinya: “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Q.S. al-Jumu’ah/62:10)
Apabila manusia mau bekerja keras, maka akan dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, terutama sandang, pangan dan tempat tinggal. Islam sangat menghargai seseorang yang bekerja keras untuk memperoleh penghidupan yang layak, dan mengkonsumsi makanan dari hasil usahanya sendiri. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini.
Artinya: “Dari al-Miqdam bin Ma’dikariba r.a. dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Tidak ada seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s. makan dari hasil usahanya sendiri”. (H.R. Bukhari)
Hafalkanlah Q.S. at-Taubah/9:105 dengan cara membacanya secara tartil dan berulang-ulang. Mintalah bantuan teman untuk menyimak bacaan dan hafalanmu!
Praktik kerja keras sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sejak beliau masih kanak-kanak. Tercatat dalam sejarah bahwa pada usia 12 tahun sudah berniaga hingga ke negeri Syam bersama Abu Thalib. Demikian pula sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib merupakan figur teladan dalam bekerja keras.
Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk ke masjid dan melihat Abu Umamah, salah satu sahabat Anshar sedang duduk termenung seperti sedang merasa susah. Nabi Saw. bertanya: “mengapa engkau duduk sendirian di masjid, padahal ini bukan saatnya mengerjakan salat?”. Abu Umamah menjawab: “Saya ini sedang banyak hutang, pailit, dan tidak punya semangat untuk bekerja. Saya selalu diliputi perasaan cemas dan ragu”. Mendengar jawaban tersebut, Rasululullah Saw. memberi nasihat kepada Abu Umamah, “jauhilah perasaan ragu dan putus asa, malas dan lemah kemampuan, pengecut dan kikir, gemar berhutang, dan hubungan kurang baik dengan sesama manusia”. Abu Umamah bersungguh-sungguh melaksanakan semua nasihat tersebut. Akhirnya kehidupan Abu Umamah menjadi lebih baik dan bahagia. Kisah di atas merupakan kisah seorang sahabat yang memiliki etos kerja tinggi. Tentunya sifat mulia ini perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari hari.
“Bagi seorang muslim, etos kerja bukan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan hidup duniawi, tetapi tujuan mulia yakin beribadah kepada Allah Swt.”
Secara rinci, tujuan bekerja dalam Islam adalah sebagai berikut:
Etos kerja seorang muslim harus meningkat dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan cara meningkatkan etos kerja, yaitu:
Banyak manfaat yang diperoleh dari perilaku kerja keras (etos kerja). Manfaat tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Di antara manfaat etos kerja adalah sebagai berikut: